Rabu, 24 Februari 2010

Penalaran Deduktif, Silogisme (Kategorial), Puisi dan Cerpen

LATAR BELAKANG

Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.

Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.

Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).

Logika deduktif

Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif.

Misalnya:

Mangga adalah buah.

Semua buah tumbuh di pohon.

Karena itu semua Mangga tumbuh di pohon.

Ata

Mangga adalah buah.

Sebagian Mangga berwarna Hijau

Karena itu sebagian buah berwarna Hijau.

Premis yang pertama mungkin keliru, namun siapapun yang menerima premis ini dipaksa untuk menerima kesimpulannya.

Penalaran Deduktif

adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.

Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,

Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Penalaran Deduktif

Penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi/kesimpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum.

Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.

Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

  • Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
  • Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.

Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.

Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu

  1. Silogisme Kategorial;
  2. Silogisme Hipotesis;
  3. Silogisme Akternatif;
  4. Entimen.

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.

Premis umum : Premis Mayor (My)

Premis khusus : Premis Minor (Mn)

Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:

1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.

2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.

4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.

5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.

6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.

7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.

8) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh silogisme Kategorial:z

> My : Semua Pegawai adalah lulusan SMK

Mn : Jono adalah Pegawai

K : Jono lulusan SMK

> My : Tidak ada manusia yang abadi

Mn : Ave adalah manusia

K : Ave tidak kekal

> My : Semua murid memiliki akte kelahiran

Mn : Bleo tidak memiliki akte kelahiran

K : Bleo bukan murid

Puisi

Mama sayang,

Aku di surga sekarang, duduk di pangkuan Tuhan.
Ia mengasihiku dan menangis bersamaku sebab
pedih pilu hatiku. Begitu ingin aku menjadi putri
mungil mu.

Tidak terlalu mengerti aku akan apa yang telah
terjadi. Aku begitu bergairah ketika mulai
menyadari
keberadaanku. Aku ada di suatu tempat yang
gelap, namun nyaman. Aku melihat aku punya jari-
jari dan jempol. Aku cantik seturut
perkembanganku, tapi belum siap meninggalkan
tempatku.

Aku menghabiskan sebagian besar waktuku
dengan berpikir atau tidur. Bahkan sejak hari-hari
pertamaku, aku merasakan ikatan istimewa antara
engkau dan aku.

Kadang aku mendengarmu menangis, dan aku
menangis bersamamu.

Kadang engkau berteriak dan memaki, lalu aku
menangis.

Aku dengar Papa memaki balik.

Aku sedih dan berharap engkau akan segera baik
kembali.

Aku heran mengapa engkau begitu sering
menangis.

Suatu hari engkau menangis hampir sepanjang
hari.

Pilu hatiku karenanya.

Tak dapat kubayangkan mengapa engkau begitu
berduka.

Pada hari itu juga, hal yang paling mengerikan
terjadi.

Suatu monster yang amat keji masuk ke tempat
hangat dan nyaman di mana aku berada.

Aku sangat takut, aku mulai menjerit, tapi tak
sekalipun engkau berusaha menolong. Mungkin
engkau tak pernah mendengarku........

Monster itu semakin lama semakin dekat
sementara
aku terus berteriak, "Mama, Mama, tolong aku.....,
Mama......tolong aku."

Suatu teror yang ngeri aku rasakan. Aku berteriak
dan berteriak.......hingga tak sanggup lagi. Lalu
monster itu mulai mencabik lenganku. Sungguh
sakit rasanya, sakit yang tak kan pernah dapat
kuungkapkan dengan kata. Monster itu tidak
berhenti. Oh....bagaimana aku harus mohon agar ia
berhenti. Aku menjerit sekuat tenaga sementara ia
mencabik putus kakiku.

Sepenuhnya aku dalam kesakitan, aku sekarat.

Aku tahu tak kan pernah aku melihat wajahmu atau
mendengarmu membisikkan betapa engkau
mengasihiku.

Aku ingin menghapus butir-butir air matamu.

Aku punya begitu banyak rencana untuk
membuatmu bahagia, Mama....Tapi aku tak dapat.
Mimpi-mimpiku musnah sudah.

Walau menanggung sakit tak terperi pedih dan
pilunya hati kurasakan melampaui segalanya.
Lebih dari segalanya aku ingin menjadi putrimu.

Tak ada gunanya sekarang, aku meregang nyawa
dalam sengsara tak terkatakan. Hanya hal-hal
buruk yang terlintas di benakku. Begitu ingin aku
mengatakan bahwa aku mengasihimu, sebelum
aku pergi. Tapi, aku tak tahu kata-kata yang dapat
engkau mengerti.

Dan segera saja, aku tak lagi punya napas untuk
mengatakannya; aku mati.

Aku merasa diriku terangkat, seorang malaikat
besar membawaku ke suatu tempat yang besar
dan indah. Aku masih menangis, tapi segala rasa
sakit tubuhku sirna sudah. Malaikat membawaku
kepada Tuhan dan membaringkanku dalam pelukan
Nya. Tuhan mengatakan bahwa Ia mencintaiku.
Lalu, aku merasa bahagia. Kutanya pada-Nya, apa itu yang
membunuhku.

Jawab-Nya,
"Aborsi, Aku menyesal anak-Ku; karena Aku tahu
bagaimana ngeri rasanya."

Aku tidak tahu apa itu aborsi; Aku pikir mungkin
nama monster itu.

Aku menulis untuk mengatakan betapa aku
mengasihimu......dan mengatakan padamu betapa
ingin aku menjadi putri mungilmu.

Aku telah berjuang sehabis-habisnya untuk hidup,
aku ingin hidup......! Kuat keinginanku, tapi aku tak
mampu; monster itu terlalu kuat...Dicabik-cabiknya
lengan dan kakiku dan akhirnya seluruh
tubuhku.....
Tak mungkin bagiku untuk hidup. Aku hanya ingin
engkau tahu bahwa aku berusaha tinggal
bersamamu. Aku tidak mau mati! Juga Mama,
berhati-hatilah terhadap monster bernama aborsi itu.
Mama aku mengasihimu.....Aku sedih engkau harus
menanggung rasa sakit seperti yang kualami.

Berhati-hatilah,

Peluk cium,
Bayi Perempuanmu.........

Cerpen


Kisah Si Penebang Pohon

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja..

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini teruskan bekerja seperti itu.”



Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.

“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal



Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Istirahat bukan berarti berhenti , Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!




Created by : Chandra Dinata



Nama : Chandra Dinata

Kelas : 3 EA 12

NPM : 11207307

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2

Dosen : Budi Santoso, SS

 

ReaL Life © 2008. Design By: SkinCorner